DMD ke 5


Konvensi Dunia Melayu Dunia Islam 5 (5):
Wanita, Belia dan Budaya Sumber Inspirasi
Oleh Shofwan Karim
Datuk Seri Mohd Ali Mohd Rustam, konseptor, tokoh di balik dan diatas layar serta pentas DMDI. Beliau memimpin pleno akhir ini dengan cekatan. Lebih dari itu, setiap usulan tambahan dari floor (peserta pleno) atas resolusi 9 Biro Pembangunan Sekretariat DMDI, langsung bisa diterima atau dia tolak dengan alasan masuk akal.
Misalnya ketika Gubernur Mindanau, Filipina meminta Sekretariat DMDI mencetak terjemahan kitab suci Al-Qur’an ke Bahasa Tagalog. Terjemahan ajaran-ajaran dasar Islam fardhu ‘Ain ke bahasa utama 10 juta pemeluk Islam di negeri Presiden Arroyo Macapagal itu. Langsung beliau sanggupi seperti hal yang sama terhadap Kamboja, tahun depan akan dicetak 2 ribu eks untuk Mindanau. Lalu, Kamus Bahasa Melayu-Tagalog yang amat diperlukan.
Selanjutnya, ada usulan dari Pemuda Muhammadiyah Riau supaya DMDI menerbitkan Ensiklopedi Budaya Melayu. Hawari Sidik dari Sumbar mengusulkan menghidupkan dan memasyarakatkan kembali pemakaian aksara Arab Melayu atau Huruf Jawi serta festival Budaya Melayu DMDI pada setiap Konvensi DMDI sekali setahun.
Tahun ini, agaknya yang dimaksud oleh Hawari tentang festival budaya itu baru terlaksana dalam batas tertentu. Misalnya pertunjukan seni, seminar dan pameran songket. Kain songket dianggap produk budaya asli Melayu yang perlu dipromosikan. Begitupula setiap malam pada beberapa event sejak 2 sampai 7 Oktober malam ditampilkan berbagai pertunjukan dan atraksi budaya dari berbagai delegasi DMDI seluruh dunia.
Dari tari-tarian Minang oleh Dinas Pariwisata Tanah Datar dan Sawahlunto, tari dan seni Melayu dari Riau, Kep. Riau, Babel, Sumsel, Sumut, peragaan busana tradisional Melayu sampai ke pertunjukan debus, ilmu kebal oleh delegasi Nangro Aceh Darussalam. Tak kalah pula pertunjukan seni dari Melaka sendiri.
Negeri yang mempunyai motto : “Melawat Melaka Bersejarah Berarti Melawat Malaysia”, menampilkan pertunjukan colossal pada setiap malam, pada pembukaan dan penutupan dengan iringan sebuah orkestra Harmoni yang menggabungkan alat musik klasik, moderen dan tradisional Melayu.
Kembali ke tokoh sentral DMDI, pada Munas (General Assembly) UMNO akhir Agustus lalu, Ketua Menteri Melaka Ali Rustam promosi menjadi lapisan pertama kepemimpinan di dalam Partai Berkuasa UMNO. Ali Rustam pada deretan Naib Presiden UMNO sekarang ini. Tokoh yang siang malam sepenuhnya aktif di dalam acara bersama peserta Konvensi DMDI ini, berada pada deretan ke-4 setelah Presiden UMNO PM Malaysia Abdullah Badawi, Timbalan Peresiden Najib Tun Abd Razak, dan Naib Presiden Dato’Seri Shamad . Satu posisi yang berpeluang untuk menjadi PM Malaysia pada 5 atau 10 tahun ke depan.
Melanjutkan wacana biro Wanita, Belia dan Budaya yang penulis rangkum ini agak kepepet waktunya dengan sholat Jum’at. Pada intinya focus Biro wanita adalah penguatan posisi wanita di dalam pembangunan. Baik di dalam keluarga, maupun komunitas DMDI pada sekala regional dan internasional.
Beberapa program tahun-tahun lalu yang belum maupun yang sudah terealisir dilanjutkan dan ditingkatkan. Seperti plan tindakan industri kecil dan menengah perempuan, termasuk pengembangan pembinaan tenaga kerja wanita yang diputuskan di Bukittinggi tahun lalu. Peningkatan upaya pebisnis wanita di dalam penunjang pertumbuhan ekonomi DMDI akan diupayakan berdirinya One Shop–Stop Centre dan pameran. Tempatnya dimana, masih harus dipelajari.
Dilanjutkan lalu-lintas perdagangan produk pebisnis kalangan perempuan dengan Medan, Padang, Palembang, Bangka dan Australia. Sayang, penulis tidak melihat pebisnis kalangan perempuan dari Sumbar yang tahun lalu hadir seperti Ibu Elly Rajilis dan Ibu Jas Anton atau lainnya.
Terhadap rancangan biro wanita yang cukup banyak dipaparkan, Ali Rustam memberi komentar, mengaitkannya dengan konsep Islam Hadhari Abdullah Badawi yang VCD pelancarannya di Selangor 30 Januari 2004 lalu dibagi-bagikan ke semua delegasi dan peserta. Islam sangat menghargai perempuan dan menempatkan posisi perempuan pada status yang mulia. Inilah Islam yang bertamaddun, berpradaban dan berbudaya tinggi.
Sebelum Islam, oleh peradaban Arab, perempuan direndahkan dan dilecehkan. Bahkan pada satu zaman anak-anak perempuan dibunuh karena dianggap akan menjadi beban keluarga dan aib-sumber fitnah. DMDI, dengan demikian harus meningkatkan derjat dan martabat perempuan.
Akan halnya resolusi konvensi biro Belia (Pemuda) nampaknya masih berkisar tentang keinginan untuk memperkuat kelembagaan. Di antaranya keinginan supaya Belia DMDI dapat bergabung dengan World Assembly of Youth atau Majelis Pemuda Sedunia yang menjadi komponen utama pemuda dunia di Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB).
Keinginan tahun lalu, diteruskan untuk tahun depan seperti perbaikan citra diri pemuda Islam yang selalu dicurigai pihak Barat sumber terorisme. Perlunya yayasan khusus di DMDI yang mengkelola soal-soal kepemudaan. Bagaimana pemuda menghadapi tantangan untuk meningkatkan kualitas SDM, kesempatan pendidikan lebih lanjut, dan perolehan pekerjaan yang layak bagi pemuda di negeri-negeri DMDI dan seterusnya.
KNPI yang merupakan peserta dominan dari pemuda Indonesia sejak 5 tahun lalu aktif di DMDI. Tahun ini mereka tinggal di rumah keluarga sebagai anak angkat pada keluarga keluarga yang dipilih di Melaka. Tentu saja kegiatan mereka sepekan di Melaka di isi dengan berbagai acara. Hanya pada sidang pleno terakhir, termasuk menyimpulkan resolusi biro kepemudaan, tak seberapa di antara mereka yang tampak hadir. Mungkin sudah lelah, atau lebih mementingkan acara pesiar dan jalan-jalannya. Padahal, wanita, belia dan budaya merupakan sumber inspirasi pengembangan DMDI hari ini dan ke depan *** (Bersambung)


KNPI Sumbar di antara peserta Belia DMDI dari seluruh dunia (Foto: SK)







Tokoh Utama DMDI, M Ali M Rustam diapit Gub Babel, Wagub Sumsel (Foto.SK)

Komentar

Postingan Populer