DMDI ke 5 (sambungan)
Konvensi Dunia Melayu Dunia Islam 5 (3):
Pendidikan dan Iptek Pangkal Kemajuan
Oleh Shofwan Karim
Pada bilik lain, yang sempat saya liput adalah Biro Pendidikan. Dari Sumbar, seperti juga pada biro-biro lainnya, beberapa orang dari kami ikut menjadi peserta. Di antaranya pada Biro Pendidikan ini ada Prof. Dr. H. Mohammad Ansyar. Di dalam rancangan kelembagaan sekeretariat DMDI Sumbar, Ansyar dan Shofwan Karim, telah diusulkan menjadi Ketua dan Sekretaris Biro Pendidikan. Sementara pada lokakarya kemarin itu, disusulkan pada tingkat DMDI Pusat di Melaka, Shofwan Karim menjadi salah seorang di antara 3 orang pimpinan Biro Dakwah.
Ansyar banyak memberikan kontribusi pemikiran pada lokakarya biro pendidikan Menurut salah seorang kelompok ahli Gubernur Sumbar Zainal Bakar ini, ketertinggalan rakyat dan masyarakat pada mayoritas negara DMDI adalah di sektor pendidikan, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ada peserta yang mendebatnya. Bahwa persoalan pendidikan ada benarnya menjadi hal mendasar. Akan tetapi pendidikan yang hanya akan menciptakan pengangguran, akan membahayakan.
Menjawab sanggahan itu, mantan Rektor IKIP, sekarang UNP tadi memberikan logika lain. Menurutnya, ada perbedaan antara pendidikan dan pengajaran. Bahwa anak didik yang dididik secara benar akan mengubah prilaku dan budaya hidup dari yang kurang menjadi cukup, dari yang cukup menjadi lebih. Prilaku negatif akan menjadi positif. Oleh karena itu, akan kecil sekali kemungkinan praduga yang menyatakan bahwa pendidikan menciptakan pengangguran.
Keadaan mengkhawatirkan itu bisa terjadi kalau penekananya kepada pengajaran. Artinya anak diberikan ilmu pengetahuan dengan tidak mengubah danmengembangkan prilaku mereka. Kalau ini yang terjadi, maka benar akan membahayakan. Ini yang harus kita hindari, katanya.
Terhadap paradigma yang disampaikan Prof. Ansyar, tampaknya peserta setuju. Sehingga pemikiran Ansyar menjadi salah satu di antara beberapa resolusi biro ini. Yang paling pokok adalah memberikan kesempatan belajar. Persoalannya, secara undang-undang kesempatan belajar itu sudah diberikan secara merata di seluruh negara DMDI. Akan tetapi ada yang terlupakan. Bahwa pemerataan kesempatan itu tidak diiringi oleh kemampuan ketersediaan pendidikan kepada setiap orang. Terutama kepada mereka yang secara ekonomi tidak beruntung, maka pendikan menjadi sesuatu yang mewah.
Kesempatan pendidikan kepada mayoritas penduduk warga DMDI menjadi tertutup. Jadi, tidak ada artinya pernyataan undang-undang, kalau pendidikan tidak terjangkau oleh masyarakat yang mayoritas secara ekonomi miskin. Banyak hal dibicarakan di biro pendidikan. Soal penguasaaan Iptek terutama disinggung ulang penguasaan information technology yang dalam istilah Malaysia disebut tekhnologi bermatlamat
Di dalam hal ini, Malaysia agaknya dapat memberikan contoh kepada DMDI lainnya. Misalnya, di Melaka sudah berdiri sejak 5 tahun lalu Multi Media University (MMU). Di sini ada pula Kolej Tekhnologi Islam . Kalau pada yang pertama konsentrasi dominan kepada studi tekhnologi, yang kedua bagaimana mensinkronkan kajian Islam dengan kemajuan teknologi itu. Pada kedua perguruan tinggi tadi, Islam dan teknologi matlamat itu merupakan satu komplementer yang saling melengkapi
Kemudahan teknologi informasi secara sederhana penulis dapat nikmati selama lokakarya dan konvensi ini. Misalnya untuk pengiriman tulisan ini ke koran-koran di Padang. Penulis dapat menggunakan dua cara. Pertama, bersama wartawan lain, misalnya Af dari Padang Ekspres dan satu wartawati dari koran lainnya (namanya saya lupa) berdiri menulis berita atau tulisan pada lima screen monitor intenet di lantai dasar secara gratis terus menerus tanpa batas waktu. Ini merupakan fasilitas yang diberikan oleh Melaka International Trade Centre di Ayer Keroh, tempat lokakarya dan konvensi ini berlangsung.
Sayangnya tidak bisa kita mendownload file attachement untuk tulisan, artikel atau foto, karena CPU Computernya terkunci atau CPU nya itu mungkin tidak di situ. Maka hari pertama, penulis hanya mengirim tulisan tanpa foto. Hari kedua, penulis telah menyiapkan disket berisi tulisan dan foto. Kepada Encik Alias, Panitia Konvensi, Penulis tanyakan kemungkinan adanya internet lain yang bisa digunakan untuk file attachemnt itu.
Dengan ramah, penulis diterima Cik Shafinas Hasanuddin, Corporate Communication Manager. Di situ kepada penulis diserahkan sepuasnya menggunakan internet pada laptop di meja kerjanya. Semuanya, sekali lagi gratis. Sesuatu yang menambah gairah untuk melaporkan konvensi ini kepada pembaca surat kabar ini.
Oh, ya. Acara tadi malam adalah jamuan makan malam bersama TYT Yang Dipertua Negeri (Gubernur) Melaka Tun Datuk Seri Utama Mohd Khalil bin Yaakob bersama isterinya YAB Toh Puan Dato’ Datin Seri Utama Zurina binti Kassim. Tentu saja Ketua Menteri Melaka YAB Datuk Seri Mohd Ali Mohd Rustam dan isteri selalu mendampingi. Acara makan malam diisi dengan pertunjukan kesenian dari delegasi seluruh negara DMDI termasuk dari Sumbar yang diwakili Tim Kesenian Tanah Datar , Sawahlunto dan Sumbar Talenta.
Rupanya Gubernur dan Isteri punya bakat dan kemampuan yang luar biasa pula dalam entartein ini. Keduanya menyanyikan beberapa lagu Melayu, Spanyol dan Kampuang Den Nan Jauh di Mato oleh Datin. Isteri Gubernur ini mengaku berasal dari keturunan Minangkabau dari Rao Pasaman. Sementara Gubernur mengaku berasal dari keturunan Bugis,Makassar. Pagi ini (Juma’at 8/10) acara terakhir berisi resolusi dan laporan hasil konvensi serta penutupan secara resmi*** (Bersambung).
Komentar