DMDI ke 5


Konvensi Dunia Melayu Dunia Islam 5 (2):
Dakwah Masa Kini dan Depan
Oleh Shofwan Karim
Kemarin, pada perkenalan awal di Bilik Biro Dakwah saya mengajukan dua hal. Kehidupan beragama khususnya dakwah di DMDI untuk tahun depan paling tidak membicarakan kompilasi masalah dan pemikiran. Kedua, program aksi yang harus secara efektif bisa dilaksanakan pada 2005.
Rupanya, dengan uraian singkat apa yang saya maksud dengan kedua hal itu, berkenan di hati peserta pada Biro ini sebanyak 60 orang yang datang dari berbagai negara dan provinsi serta negara bagian utusan DMDI yang peduli penuh terahadap Dakwah Islam. Saya memilih biro ini tentu berkaitan dengan status saya sebagai Dosen IAIN dan Ketua PW Muhammadiyah Sumbar. Teman-teman memilih 9 biro lain pada bilik lain.
Dengan suara aklamasi saya terpilih menjadi salah satu di antara 3 orang pimpinan Biro Dakwah dalam lokakarya memandu biro sampai selesai sore harinya. Dua lainnya adalah Datok Bahrum dari Negeri Selangor, Kepala Urusan Agama dan Hj. Abdul Halim Tawail, sekretaris Majelis Agama Negeri Melaka.
Pertama-tama yang menjadi pembicaraan hangat tentu saja apa yang disebut di sini cabaran atau tantangan dunia dakwah hari ini dan masa depan. Sebenarnya tidak ada yang baru. Apa yang sering kita bicarakan di Sumbar dan tahun lalu juga sudah dibicarakan di Konvensi ini.
Misalnya, perlunya metode dakwah yang up to date. Generasi muda yang kurang bersemangat secara intensif mempelajaqri, menghayati dan mengamalkan praktik agama. Apalagi, seperti yang disampaikan oleh peserta dari Kepulauan Riau, masjid-masjid lengang. Walaupun ini dibantah oleh Kakanwil Jawa Timur yang hadir mewakili Gubernurnya, yang mengatakan generqasi muda di daerahnya bersemangat mendalamik dan mengalamakan agama. Tetapi secara umum agakanya kenyataan itu agaknya tak bisa dibantah.
Lalu saya menyinggung soal konsep Islam Hadhari. Konsep ini sekarang mulai dicanangkan oleh Perdana Menteri Malaysia Ahmad Badawi. Dulu, pada masa PM Mahathir, Ketika Anwar Ibrahim mendapat angin dan dekat dengan orang nomor satu yang berkuasa hampir 25 tahun di Malaysia itu, ada konsep yang diluncurkannya disebut Masyarakat Madani. Apa bedanya ? Tanya saya. Badawi, seperti yang dikutip pada beberapa mailing list internet mengatakan bahwa Islam Hadhari adalah Islam yang bertamaddun, berpradaban, maju, progresif dan mementingkan hari ini serta masa depan.
Saya bilang bahwa konsepsi Masyarakat Madani Anwar Ibrahim dulu, yang kemudian diadopsi ujung pemerintahan Soeharto di Indonesia melalui corong Habibie Wapres waktu itu, hangat dibicarakan di Indonesia. Sekarang wacana itu hilang ditelan angin bersama lenyapnya harapan kaum intelektual Islam Indonesia terhadap fenomena kebangsan dan keislaman.
Banyak hal yang dibicarakan dan dipikirkan. Namun program aksi untuk tahun 2005 yang didiskusikan dan disetujui ada 10 butir. Di antaranya pembinaan santri antara negara DMDI dengan melaksanakan pertukaran kunjungan sambil belajar. Kolokium Rumahku Syurgaku yang sama dengan konsep Keluarga Sakinah di Indonesia. Program di Kamboja membantu masyarakat menikmati daging kobran pada Idhul Adha tahun depan diperluas ke negara lain. Misalnya Indonesia. Tahun lalu lalu kami mengusulkan untuk Mentawai. Tetapi belum ada realisasinya. Tahun ini kami usul ulang. Latihan Imam dan Da’i yang direncanakan seblumnya satu mingu dijadikan dua minggu, diikuti 40 peserta antara negara DMDI.
Tak kalah pentingnya lawatan ke Negara China tahun depan. Apalagi tahun ini peserta dari China ada 20 orang. Di antaranya Prof. Dr. Hj. Yahya Snober lin Song (75) . Menurut profesor yang tak bisa bicara lisan tetapi mengerti Bahasa Inggris namun bisa secara lisan aktif dan tulisan Bahasa Arab, Islam di China sekarang sangat menjanjikan. Ada 40 ribu masjid dan musalla di sana. Di antara 1,3 milyar rakyat China terdapat 20 jta penduduk Muslim. Mereka berasal dari 10 suku utama yang memeluk Islam. Suku Hui yang amat dominan. Kemudian suku-suku Weiwur, Hasake, Wuzibike, Kerkzi, Tajik, Tatar, Dongxiang, Ba’an dan Sala.
Di kota Beijing sendiri yang perpenduduk 10,2 juta terdapat 260 ribu kaum muslimin yang beibadah dan berjamaah pada 90 buah masjid dan mushalla. Prof. Yahya di dampingi isterinya Hajjah Maryam Munawwarah Na (69 th). Proffesor Yahya adalah Maha Guru pada The Central University fo Nationalities. Beliau juga Komite Asosiasi Studi Timur Tengah, anggota Pusat Riset Islam China pada Akademi Ilmu ilmu Sosial dan Komite Asosiasi Islam China. Di samping itu guru besar ini juga Komite Tetap Asosiasi Hui Nationalities Studies serta Komite Asosiasi Studi Literatur China dan Arab .
Hari ini (Melaka), kemarin (Padang), Konvensi dimulai dan akan dibuka oleh Yang Dipertua Negeri Melaka TYT Tun Datuk Seri Utama Mohd Khalil bin Yaakob. Di dahului oleh ucapan alua-aluan oleh YAB Seri Mohd Ali Mohd Rustam, Ketua Menteri Melaka. Intinya acara hari ini adalah pidato dari para gubernur negara dan provinsi serta negara bagian DMDI. Lalu tentu saja mengesahkan hasil Lokakatrya yang kemarin berjalan sehari suntuk. *** (Bersambung). Pernah dimuat di Harian Singgalang, Padang, Oktober 2004)

Komentar

Postingan Populer