Para Pemimpin yang Menentukan (3)



D iantara Ulama di Kamboja, 2009. (Photo: Dok. SK)

Bersama  Komunitas Muslim  Kamboja (3):Para Pemimpin yang Menentukan

Oleh DR. H. Shofwan Karim Elha, MA(Rektor UMSB dan Dosen FU IAIN IB Padang)

Seminar “Understanding Islam in Combodia”, berlangsung empat kali. Senin, 20 April di Hotel Sun Way, Phnom Phen, Selasa 21 April dan  Kamis 23 April di Balai Pertemuan Provinsi  ibukota provinsi Kompong Cham, kota Kompong Cham dan di sebuah hotel kecil Kompot, ibukota provinsi Kompot dan Jum’at 24 April, kembali di kota Phnom Pehn. Seminar ini atas sponsor dan kerja sama Kedutaan Besar Amerika Serikat, Kementerian Dalam Negeri Kamboja dan Komite Hak Asasi Manusia untuk Kamboja. 
Dari Kamboja pembicaranya adalah HE Zakariyya Adam, seorang anggota parlemen dari Provinsi Kandal. Dia juga , tokoh muslim terkemuka dan pendidik serta aktivis umat. Di Parlemen tadi dia adalah anggota  Komisi pendidikan, Pemuda, Olahraga, Urusan Agama, Kebudayaan dan Pariwisata. Kira-kira seperti Komisi IV di DPRD Provinsi kita Sumbar. Dari Amerika adalah Dr. Sherifa Zuhur, Profesor riset Studi Islam dan Regional dari Strategic Studies  Institute, PA. Dari Indonesia dua orang, satu Kolonel Polisi Drs. Muhammad Tito Karnavian, MA yang sedang mengambil Ph. D di Nan Yang University Singapura atas nama Polri. Kedua, penulis sendiri yang diundang sebagai Rektor Universitas Muhammdiyah. 
Keempat kami mempresentasikan secara berurutan  “Sejarah, Pengalaman, Pengamalan  dan Dinamika Islam di Kamboja”; “Kesatuan dan Keberagaman dalam Modern Islam”;  Kebijakan Polisi di Komunitas Plural: Studi Kasus Indonesia ; dan Regional Islam: Gerakan, Hukum, dan  Pendidikan Islam di Indonesia. Pesertanya terdiri atas pemimpin, Majlis Tertinggi Pimpinan Umat Islam Kamboja, ulama, hakim  dan imam kaum muslim Kamboja, Kementerian dalam Negeri, Kementerian Wanita, Sosial dan Lingkungan serta para opsir polisi nasional dan local serta beberapa angkatan muda lintas ethnis dan agama. Masing-masing tempat di setiap sesi diikuti 50 sampai 70 0rang peserta. 
Salah satu Masjid di Kamboja (Internet)


Tak beda dengan tradisi di negeri kita,  maka pembukaan seminar yang berlangsung marathon di beberapa tempat dan kota ini  didahului dengan pidato sambutan serta pembukaan secara resmi oleh Deputi Perdana Menteri Kamboja yang juga Menteri Dalam Negeri HE Sar Kheng. Lalu sambutan  Dubes Amerika Carol A. Rodley. Sebelumnya didahului  dengan lagu kebangsaan Kamboja. Tidak ada pembacaan al-Qur’an di permulaan acara atau pun do’a di akhir acara. Pada tiap sesi di ibukota provinsi para pembesar bergantian memberikan sambutan, di antaranya seorang Deputi Gubernur yang muslim di Kompot yang katanya berasal dari Jawa dalam silsilah keturunan beberapa tingkat generasi di atasnya. Sejak pembukaan sampai acara sesi seminar, hingga seminar akhir sebagai kesimpulan, bahasa pengantar adalah Bahasa Inggris dan Bahasa Khmer. Ada penerjemah untuk kedua bahasa ini. Ada satu, dua orang yang pandai berbahasa Melayu, tetapi tidak memadai untuk dijadikan bahasa presentasi dan diskusi dalam seminar. Padahal dalam sejarah Kamboja, etnis Champa di abad ke-16 ada yang berasal dari puak  Melayu dan sebagian lagi dari  beberapa daerah Vietnam. Itulah sebabnya, kata beberapa sumber, ketika Rezim Khmer Merah Pot Pol membantai kaum muslim Champa pada 1975-1979, sebagian mereka yang tersisa banyak yang melarikan diri ke Malaysia dan konon sekarang di wilayah Melaka ada kampung Cham itu. Mereka yang bolak-balik  antara Kamboja dan Malaysia inilah yang dapat mempertahankan bahasa Melayu.  Di Kamboja sendiri, suku Cham mayoritas menjadi penduduk Provinsi Kompong Cham, berjarak sekitar 200 km arah ke utara dari Phnom Pehn. Kaum muslimin juga banyak  di Provinsi Kompot, 170 km arah ke Selatan dari Phenom Pehn. 
Di luar seminar diantara yang suka berbahasa Melayu dengan penulis adalah  HE Zakariyya Adam. Begitu pula Oknh Sos Kamry (nama Khmer) dan nama Melayunya Haji Kamaruddin Yusof. Tokoh ini sekarang menjabat  Presiden sekaligus Mufti dan Direktur Jendral Pusat Islam Kamboja. Yang lain adalah HE Man Sokry yang bekerja di Kementerian Pertanian, Kehutanan dan Kelautan yang alumni Institut Pertanian Bogor. Ketiga mereka bersama   beberapa gelintir elit pemimpin lainnya bagaikan orang yang cukup menentukan dalm  sejarah, pengalaman, pengamalan dan dinamika ummat Islam di Kamboja. 

Kembali ke HE Zakaryya Adam, adalah seorang tokoh sipil, aktivis, politisi dan sekaligus ulama dihormati di Kamboja. Bukan hanya disegani internal kaum muslimin yang minoritas, tetapi juga secara eksternal oleh pemimpin lainnya dari kalangan Budha dan agama serta kelompok lainnya di negeri ini. Zakaryya Adam merasakan pahit getirnya menghadapi Rezim Pol Pot dalam perjuangan dari hutan ke hutan, lebih dari 30 tahun lalu. Sekarang tokoh ini sangat giat mengembangkan dakwah Islam dan membina kaum muslimin. Putranya yang ketiga sekarang menuntut ilmu keislaman di Pesantren Minhajur Rasyidin, Jakarta. Bersama pemimpin lainnya, Zakaryya Adam dan dua nama yang disinggung taddai adalah deretan pemimpin kharismatis dan diikuti oleh kaum muslimin di sini. Merekalah yang menentukan gerak dinamika hari ini dan masa depan di Kamboja. (Bersambung).

Komentar

Postingan Populer